Kapan Ya, Kita Jalan-Jalan Lagi?
Seorang alumni planologi ITB angkatan 89 meng-add dan mengirimi saya pesan di frenster. Dalam subjek pesannya tertulis "budak jambi" dan "HMP-ers". Tentu dengan antusias saya segerakan melihat profil beliau. Tentu saya sangat antusias karena saya juga dari Jambi, meski berdarah banjar, jawa dan sunda, selain itu saya juga sampai saat ini masih gembira ria disebut HMP-ers. Ternyata ada banyak kesamaan. Beliau juga berasal dari jambi meski berdarah batak, anggota HMP dari kroco sampe jadi Boss, dan yang paling penting adalah: "suka jalan-jalan". Aha...
Dalam beberapa interaksi awal melalui imel dan message di frenster saja beliau sudah nantangin saya jalan-jalan ke "kerinci". Atau yang deket-deket aja lah, TNGP ato Ujung Kulon, gitu katanya.
Ahhhhh... bisa aja "abang" (begitu saya panggil dia) ini manas-manasin. Walhasil vitalitas jiwa raga ini tiba-tiba terangsang rasanya. Sudah lama saya kehilangan gairah seperti ini. Gairah bersusah-susah menyiksa lutut, punggung, pundak dan pinggang untuk merasakan menit-menit yang terasa begitu cepat di puncak sebuah gunung.
Woww.... satu tahun dua bulan yang lalu saya terakhir merasakan sensasinya. Di 3726 mdpl, di sepetak tanah kurang lebih 2x2 meter, tanah tertinggi yang bisa dijejak di pulau Dewi Anjani, Lombok. Masih terasa sampai sekarang, mengingatnya membuat saya mengalami ekstase yang luar biasa. Romantisme, ego, ketakutan, rendah diri, semua campur baur dalam gigil yang begitu ingin diulang lagi.
Sayangnya... waktu memang sama sekali bukan barang yang bisa dijualbelikan. Dengan sedikit uang lebih di saku saat ini, ternyata tidak menjadikan saya lebih mungkin bepergian sesuka hati. Beda sekali dengan saat masih hidup di bawah garis kelayakan saat kuliah dulu. Meski tak pernah ada uang lebih di saku, tapi waktu begitu bersahabat dan bisa ditarik ulur untuk sekedar ke Situ Lembang atau sampai ke sudut pantai Pulau Buru. Itulah mengapa saya begitu ingin sesegera mungkin terbebas dari jerat-jerat kebutuhan finansial. Agar bisa jalan-jalan tentunya. Tanpa hambatan keuangan, tanpa batasan waktu. Ha ha ha dasar tak tahu malu...!!!
Tuhan... Berilah hambamu keluangan waktu, kelimpahan rezeki agar bisa menjejak setiap sudut bumi yang begitu menawan Kau ciptakan. Dan ampunkan lah hamba-Mu ini yang selalu saja gagu mengucap syukur pada-Mu.
To Bang Dana: Ayo kita daki Gunung Kerinci... :)
Comments
say ge sakau naik gunung euy, terjebak di Balikpapan hehe
tenang, suatu saat pasti ada waktu