sajak waktu



waktu sedari dulu membingungkan, bahkan sejak bumi dicipta

di sini,
di tempat daun memiliki ribuan warna,
di tempat angin selalu tergesa
di tempat hujan yang tak senang di kekang
di tempat air yang gemar berganti rupa
aku semakin limbung,
tak dapat mencerna masa

siang-malam tertukar-tukar
cepat-lambat berpilin-pilinan
lama-sebentar bertaut-tautan

dapatkah rupanya waktu sejenak menarik napas?
beri kesempatan layar melepas pelukan angin
biarkan hujan sekejap bermanja-manja pada langit
dan air, lantak saja ia diam dalam riak, dalam beku, dalam salju sekehendaknya

waktu bergeming
sebagaimana ia tercipta, sebagaimana itu pula ia bersuka
melaju berderu
merayap lamat-lamat
tak pernah singgah, tak pula berhenti

yang tertinggal adalah peristiwa
ya, yang tertinggal adalah peristiwa
tentang aku yang meninggalkan kau dan anak kita
tentang aku yang meninggalkan rumah kita
tentang aku yang meninggalkan pelukan, kecupan, belaian, tawa, tangis, bisikan
tentang aku yang meninggalkan semua yang kau dan anak kita berikan

mengingat itu, aku berseru pada waktu

berderulah wahai waktu
pacu lari mendahului segala cepat
lecut kaki-kaki berderap sigap
tidak, jangan berhenti
sampai aku capai tuju

ya, sampai aku capai tuju
sampai tempat segala peluk, kecup, tangis, tawa dan bisik larut jadi satu

Delfshaven, Rotterdam, 1 November 2012

Untuk kekasih yang semakin dekat pada Penciptanya.
Semoga kau, aku dan anak kita, diberinya kebersamaan dalam bahagia yang kekal di sana

Comments

Popular posts from this blog

Tips Menghadapi Inspeksi atau Audit di atas Kapal

Revolusi Pagi

sabtu