Perubahan dan resistensi

tulisan ini merespon dinamika yang terjadi di organisasi alumni smu saya.

-------------------------------
1. Saya sampaikan sekali lagi bahwa perubahan adalah suatu keniscayaan. Walau kita atau kelompok kita merasa tidak berubah, saya bisa yakin situasi di luar kita tetap berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada individu terkait dengan berjalannya waktu (sunatulloh) yang mengakibatkan perubahan usia, fisik, kematangan berpikir akan terakumulasi pada perubahan kumpulan orang yang pada akhirnya menyebabkan pada perubahan konteks dan sistem dimana individu itu berada. Sebaliknya perubahan sistem berpengaruh langsung pada perubahan tingkah laku individu di dalamnya. Terlepas dari soal adaptasi, individu atau kelompok yang menolak perubahan biasanya terasing dari lingkungan global, lihat saja suku baduy sebagai contoh. Karena perubahan sekali lagi adalah keniscayaan, maka yang diperlukan adalah kesiapan untuk mengontrol, mengatur atau memanajemen perubahan. Individu maupun organisasi mesti menyiapkan energi untuk mengelola perubahan. Individu dan organisasi yang gagap membaca tanda-tanda perubahan apalagi lelet meresponnya akan kikuk, tertinggal bahkan terancam eksistensinya. P

2. Sebagaimana hukum newton menyatakan bahwa setiap aksi akan berpasangan dengan reaksi, oleh karenanya gaya dorong terhadap perubahan akan berpasangan dengan gaya resisten terhadap perubahan. Resistensi akan memperlambat atau bahkan menghentikan laju perubahan dalam satuan waktu. Tapi percaya atau tidak resister (orang, kelompok atau apa saja yang dianggap penghambat) berdasarkan perspektif mereka akan berpandangan bahwa apa yang mereka lakukan tidak bermaksud menghambat, melainkan bentuk survival belaka, mempertahankan keberadaan diri atau kelompoknya. Paling tidak ada tiga tingkatan resistensi: (1) resistensi berdasarkan informasi. Pada level ini yang bermain adalah argumen, fakta atau figur. Penolakan terjadi berdasarkan pemikiran, rasio, pertimbangan-pertimbangan yang berdasarkan nalar. Pada tahapan ini penyampaian informasi secara penuh, jelas, persuasif dan argumentatif dapat mengurangi kemungkingan resistensi. Sebaliknya miskomunikasi dan disinformasi akan memperbesar gaya resistensi. (2) Reaksi psikologis dan emosional terhadap perubahan. Dalam tahap ini reaksi terhadap perubahan hanya berdasarkan insting dasar mahluk hidup untuk bertahan hidup, melindungi diri dari bahaya luar. Orang-orang takut dan resisten terhadap perubahan karena mereka takut kehilangan teman, pekerjaan, status, kenyamanan sebelum perubahan. Ide perubahan se-logis apapun tidak akan dicerna. Pada level ini tindakan yang diambil cenderung responsif dan reaktif bahkan sebelum seseorang memiliki kesadaran penuh terhadap apa yang terjadi. (3) sentimen individu atau kelompok terkait sejarah hubungan lampau. Dalam tahapan ini seseorang atau sekelompok orang resisten dan menolak bukan pada ide. Penolakan terjadi bisa disebabkan pada sejarah buruk yang terjadi dalam hubungan antara pengusung ide perubahan dengan kelompok atau orang di luarnya. Ketika anda pernah melakukan hal buruk yang tak termaaf oleh saya, maka saya akan cenderung menjadi oposan terhadap apapun yang keluar dari pemikiran anda. Contoh lazim dari resistensi macam ini adalah hubungan antara perusahaan dengan serikat buruh pada perusahaan untulmunyuk. Pada perusahaan yang tidak manusiawi ini, policy yang dikeluarkan biasanya langsung ditanggapi dengan aksi massa sebagai bentuk penolakan.

Dari beberapa tetek bengek di atas setidaknya ada beberapa hal yang dapat terbaca yaitu bahwa perubahan adalah keniscayaan yang setiap organisasi akan menghadapinya dan mesti siap mengelolanya. Kemudian sebagaimana terdapat hal-hal yang mendorong terjadinya perubahan, maka adalah natural pula akan muncul resistensi terhadap perubahan tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Menghadapi Inspeksi atau Audit di atas Kapal

8 Tips Belanja Online

Talk Less, Do More?