Posts

Showing posts from July, 2005

[lari] dalam diri

Pernah suatu kali, dengan setengah terpaksa dan setengah lagi akibat dorongan hati (idealisme untuk tetap beraktivitas di kemahasiswaan), aku mengemban amanah yang luar biasa berat. Sungguh menurutku aku sudah berusaha sekuat tenaga memanggulnya, tapi setelah kini direnung-renung lagi... ah... betapa tak bertanggung jawabnya diri ini. Tugas yang berat bin dahsyat itu (Pengabdian Masyarakat judulnya Bung!!!) kujalani dengan nyambi mengerjakan tugas akhir. Puihhh... parah kan??? satu kutub kepentingan orang banyak, kutub lain kepentingan diri sendiri. Tugas itu akhirnya tetap dikerjakan dengan kompromi (kalo gak mau dibilang gak optimal). Beberapa rencana kegiatan akhirnya terlaksana sementara sebagian lain belum tergarap maksimal. Banyak sekali yang situasi yang terjadi menempatkan hati pada kebimbangan yang benar-benar gamang untuk memilih prioritas. Saat itu aku merasa sedang berjudi dengan angan-angan dan mimpi-mimpi yang naif. Di akhir, aku gak mempertanggungjawabkan tugas-tugas it

[dalam] Tiap Kerjap

Tuhan... di setiap kerjap, dada ini selalu berdebar menatap setiap adegan kehidupan yang kau tayangkan, aku tergetar episode dua hati yang kau persatukan dalam rumah suci pernikahan menundukkan hati ini jadi gugup dialog kagum perempuan memuja-Mu atas rahim yang Kau takdirkan baginya meretakkan hati ini jadi ringkih bahkan potongan naskah tentang lelaki yang rindu menjelma benih masa kecilnya meremuk redam sgala logika Tuhan... di setiap kerjap, yang kulihat hanya kuasa-Mu

Revolusi Pagi

dari kegelapan malam yang syahdu dan kadang membuat gigil, fajar pagi menawarkan kehangatan mentari, hanya dalam hitungan beberapa kejap, kelam kan menguap diserobok kemilau cahaya apalagi namanya kalau bukan revolusi pagi?

Mau Peran Apa ?

Cara pandang kita terhadap kemiskinan akan menentukan sikap yang kita ambil terhadap kemiskinan. Kemiskinan dapat dilihat dengan konsep kondisi tidak memiliki sesuatu. Sebaliknya dapat pula dilihat sebagai kondisi tidak mampu memanfaatkan sesuatu yang dimiliki. Benarkah demikian??? Terserah kalo anda hanya melihatnya sebagai akal-akalan semantik saja. Trus apa?? Dengan cara pandang yang pertama, orang-orang yang merasa terpanggil untuk ikut memberantas kemiskinan akan memilih tindakan untuk menyediakan apa-apa yang tidak dimiliki si miskin. Si miskin di lihat sebagai objek yang patut dilengkapi dan dipenuhi kebutuhannya, tentu saja oleh yang merasa mampu memberi tadi. Di sebelahnya, cara pandang yang kedua mengajak kita untuk melihat si miskin sebagai subjek. Si miskin adalah "Aktor Utama" yang memiliki sumber daya, sumber dana, sumber asa namun menghadapi "benteng" yang sulit ditembus. Dengan demikian intervensi yang dilakukan adalah mengupayakan si aktor untuk d