Negeri Formalindonesia
Saya kaget saat melihat hits pada statcounter blog ini pagi tadi (3 januari 06). Seingat saya sampai kemarin pagi (2 januari 06 tentunya) counter belum menyentuh angka 400 (rata-rata cuma 6 hits perhari itu juga paling awan, catuy dan orang2 yang abis liat blog awan dan catuy hehehe). Namun pagi tadi angka 424 telah menclok di counter. Untuk ukuran blog yang tak terurus dengan materi-materi yang tak up to date tentunya saya binun. Apa pasal sehingga dalam sehari dagangan saya begitu laris manis tanjung kimpul. Setelah dicek ternyata bakso tikus lah penyebabnya.
Dalam postingan sebelumnya saya sempat menulis mengenai pedagang bakso yang dituduh menjual bakso tikus di dekat kantor. Terlepas dari isinya, ternyata kata “bakso tikus” sedang popular saat ini. Terbukti mayoritas pembaca blog saya kemaren adalah mereka yang searching dengan kata kunci bakso tikus. Terima kasih buat bakso tikus yang telah mengangkat popularitas blog kusut ini. Turut berduka cita untuk konsumen di seluruh penjuru Indonesia untuk baru menyadari bahwa setiap saat setiap waktu kita selalu dikepung oleh makanan tak sehat namun menantang nafsu makan.
Sebagai informasi, pemerintah saat ini sedang membahas sertifikasi bebas formalin untuk bahan makanan. Selamat bekerja deh buat pemerintah. Saya rasa pemerintah akan bekerja sangat keras dalam urusan pakan orang ini. Inget loh pemerintah, ini baru urusan formalin ama bakso tikus, belum wanteks di sirop, dan macam-macam bahan tak layak konsumsi lainnya yang jadi bahan campuran dalam makanan yang kita konsumsi tiap hari. Saya pengen tahu, gimana cara pemerintah mengontrol penggunaan formalin dan bahan berbahaya lainnya agar tak masuk ke lambung rakyat ini. Berapa ratus ribu produsen makanan kecil yang mesti dikontrol satu-satu oleh pemerintah, berapa ratus ribu (juta mungkin) formaliner ikan (istilah saya buat mereka yang menggunakan formalin untuk mengawetkan ikan) yang akan dicek satu-satu. Itu baru formalin, belum yang lain.
Saya tak banyak tahu tentang industri makanan, hanya saya yakin-seyakin-yakinnya bahwa tersedia cukup banyak pengawet alami yang bisa digunakan untuk ikan misalnya. Sama yakinnya dengan keyakinan saya bahwa ada cara atau ada sesuatu yang bisa dilakukan sehingga penggunaan formalin karena alasan ongkos produksi yang mahal dapat dihentikan. Keyakinan lain yang sama kuat adalah bahwa kita punya cukup banyak orang pintar yang bisa mengembangkan industri makanan kita yang sehat, bergizi, memenuhi kebutuhan dalam Negeri dan mampu diekspor. Di kampung saya saja di Jambi, ada universitas yang punya jurusan teknologi hasil pertanian. Saya pernah coba beberapa produk yang dibuat kawan yang kuliah di sana, rasanya enak dan saya yakin sehat karena kawan saya bilang produknya diawetkan dengan pengawet alami. Saya juga yakin badan pengawasan obat dan makanan kita sebenarnya bisa lebih hebat dari FDA nya Amerika atau badan pengawasan obat dan makanannya punya Singapura.
Anda punya ide bagaimana mewujudkan keyakinan saya???
Dalam postingan sebelumnya saya sempat menulis mengenai pedagang bakso yang dituduh menjual bakso tikus di dekat kantor. Terlepas dari isinya, ternyata kata “bakso tikus” sedang popular saat ini. Terbukti mayoritas pembaca blog saya kemaren adalah mereka yang searching dengan kata kunci bakso tikus. Terima kasih buat bakso tikus yang telah mengangkat popularitas blog kusut ini. Turut berduka cita untuk konsumen di seluruh penjuru Indonesia untuk baru menyadari bahwa setiap saat setiap waktu kita selalu dikepung oleh makanan tak sehat namun menantang nafsu makan.
Sebagai informasi, pemerintah saat ini sedang membahas sertifikasi bebas formalin untuk bahan makanan. Selamat bekerja deh buat pemerintah. Saya rasa pemerintah akan bekerja sangat keras dalam urusan pakan orang ini. Inget loh pemerintah, ini baru urusan formalin ama bakso tikus, belum wanteks di sirop, dan macam-macam bahan tak layak konsumsi lainnya yang jadi bahan campuran dalam makanan yang kita konsumsi tiap hari. Saya pengen tahu, gimana cara pemerintah mengontrol penggunaan formalin dan bahan berbahaya lainnya agar tak masuk ke lambung rakyat ini. Berapa ratus ribu produsen makanan kecil yang mesti dikontrol satu-satu oleh pemerintah, berapa ratus ribu (juta mungkin) formaliner ikan (istilah saya buat mereka yang menggunakan formalin untuk mengawetkan ikan) yang akan dicek satu-satu. Itu baru formalin, belum yang lain.
Saya tak banyak tahu tentang industri makanan, hanya saya yakin-seyakin-yakinnya bahwa tersedia cukup banyak pengawet alami yang bisa digunakan untuk ikan misalnya. Sama yakinnya dengan keyakinan saya bahwa ada cara atau ada sesuatu yang bisa dilakukan sehingga penggunaan formalin karena alasan ongkos produksi yang mahal dapat dihentikan. Keyakinan lain yang sama kuat adalah bahwa kita punya cukup banyak orang pintar yang bisa mengembangkan industri makanan kita yang sehat, bergizi, memenuhi kebutuhan dalam Negeri dan mampu diekspor. Di kampung saya saja di Jambi, ada universitas yang punya jurusan teknologi hasil pertanian. Saya pernah coba beberapa produk yang dibuat kawan yang kuliah di sana, rasanya enak dan saya yakin sehat karena kawan saya bilang produknya diawetkan dengan pengawet alami. Saya juga yakin badan pengawasan obat dan makanan kita sebenarnya bisa lebih hebat dari FDA nya Amerika atau badan pengawasan obat dan makanannya punya Singapura.
Anda punya ide bagaimana mewujudkan keyakinan saya???
Comments
ntu dia mar... gw kira booming formalin sekarang ini cuma karena media lagi kurang berita aja... isu borax beberapa taun lalu pernah muncul kan? tapi karena tanggapan kurang, redup dengan cepat...
mungkin kang arifin bisa menjawab pertanyaan bang kendi ini soal pengawet makanan yang sehat?? pin?? pin?? maneh maca komen ieu teu?? mun maca, jawab nya...
yah...suma merasa kasihan aja sama barang2, benda, atau sesuatu yg ane sebutin di atas tadi. mereka hanya alat yg di gunakan oleh tangan2 jahil manusia demi memperoleh keuntungan instan (emang sih klu kebanyakan makan mie instan, jadinya kita pengennya segala sesuatu jadi instan). tuh kan akhirnya ane sendiri yg terjebak menyalahkan sesuatu :p