Bakso Tikus Dekat Kantor ???
Beberapa hari ini isu bakso tikus bergulir di kantor. Seorang rekan dengan bersemangat berkeliling mempromosikan berita tentang bakso tikus kepada setiap orang yang ditemuinya, tak lupa tentunya dengan membawa print out email yang diterimanya sebagai bahan presentasi. Ada beberapa hal yang menurutku membuat berita itu begitu cepat tersebar. Pertama dari faktor lokasi, penjual bakso tersebut dekat dengan kantor, sehingga kemungkinan untuk mengkonsumsi bakso tersebut dengan sengaja atau tak sengaja lebih besar dibanding jika lokasinya jauh dari kantor. Kemungkinan anak, istri, keluarga atau teman untuk mengkonsumsinya juga lebih besar, karena jaraknya tak terlalu jauh dari rumah.
Faktor kedua adalah bakso tersebut termasuk dalam jajaran atas bakso terlaris di Cikarang, jadi bayangkan jika benar baksonya dari daging tikus, berapa orang yang sudah jadi pemakan tikus (tikusvora).
Faktor ketiga, sumber beritanya dari internet, yang bagi sebagian teman di kantor sumber tersebut adalah terpercaya dan selalu benar, ini murni berdasarkan penilaian saya dari pernyataan kawan tersebut yang berbunyi: “Bener kok, beritanya sudah ada di internet” Oh Tuhan, dalam urutan keberapa jadinya kebenaran dari-Mu saat ini.Faktor keempat adalah trennya adalah lebih mudah menyebarkan berita yang merugikan orang (atawa tentang kejatuhan/kebangkrutan/kegagalan orang lain) dari pada cerita suksesnya. Sekali lagi sebagai perbandingan: sepertinya berita mengenai petani di Jawa Barat yang bisa bikin kompor dengan bahan bakar gas dari tahi piaraannya blum beredar tuh di milis yang saya ikuti, padahal salah satu topic di salah satu milis adalah tentang bahan bakar.
Trus kenapa dibahas. Sederhana saja, ada yang pernah cari tahu berita itu bener apa ngga?? Bahkan kawan saya yang ngider menjajakan informasi itu juga belum pernah melihat secara langsung, apalagi menanyakan ke Tukang Bakso, padahal jaraknya tak jauh dari kantor. Terus??? Kalo beritanya benar oke lah, tapi kalo tidak demikian??? Bisa-bisa kita jadi sumber malapetaka keluarga si Tukang Bakso, karena bisa jadi warungnya tutup, Tukang Baksonya gelap mata karena ga dapat penghasilan, lalu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terpaksa melakukan tindakan pidana, lalu tertangkap, anak istrinya terlantar dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya…
Mungkin terawangan yang terlalu jauh, tapi sepertinya dalam menerima informasi kita perlu menampung, mengendapkan, mencerna, mengklarifikasi, menelaah, meneliti, meneliti, dan meneliti lagi manfaat mudharat bahkan benar salahnya, baru kemudian mungkin menyampaikan pada yang lain bila perlu. Bila tidak, mungkin diam lebih baik. Yah meskipun secara jujur saya harus mengaku kadang gatal sekali rasanya jika tak menyampaikan berita-berita mengejutkan dan bombastis karena alam bawah sadar ini selalu berkata “sampaikanlah, ini penting lho, ayo, kapan lagi kamu bisa bermanfaat bagi kawan-kawan dan saudara-saudaramu.”
Informasi di atas pernah masuk ke milis salah satu partai politik yang dikenal bersih dan baik kinerjanya, bisa jadi ini adalah faktor berikutnya. Berita apapun rasanya kok jadi benar jika ada embel-embel symbol tertentu. Lalu, sampai kapan kita terperangkap memuja berhala kebenaran dibalik sebuah nama.
Wallahua’lam.
Comments
Memang lebih mudah menyebar berita 'buat jaga-jaga' daripada berita beneran.
Semoga isu formalin, tikus, borax dll ini segera berlalu (seperti isu2 lainnya) supaya pedagang kecil kembali hidup tenang.