Maaf Kita Belum Bisa Bantu

Rasanya ingin marah saja, andai saja dalam hati ini tidak tersedia slot "kartu sabar" onboard, mungkin sudah acak-acakan isi kantor. Coba gimana ga dongkol kalo orang seenak pusernya sendiri ga pake perasaan berlaku di hadapan mata ini. 5 menit sebelumnya, tampang beliau begitu ramah, sopan, senyum, santun, begitu penolakan disampaikan, serrrr.... langsung pergi tanpa basa-basi, tanpa izin, tanpa noleh. Puahh...

1 jam sebelum kejadian itu...
"Pak, gimana kemajuan proposal? udah di setujui"
"Wah, mohon maaf pak, atasan saya belum kasih instruksi ke saya, dan kebetulan sekarang lagi dipanggil direksi, kalo bapak butuh jawaban sekarang silakan tunggu, kalo tidak, nanti saya sampaikan hasilnya via telpon"
"Ga papa pak, saya tunggu aja"
"Oke silakan, saya tinggal dulu ya pak, saya masih ada kerjaan"
"Silakan pak"

45 menit setelah itu...
"Lagi dimana bu? ada tamu nanyain proposal"
"Masih di kantor direksi, sebentar lagi deh ya"

"Gimana bu, di acc ga?"
"kayanya belum bisa deh, soalnya belum dianggarkan untuk itu, lagian kita persiapan buat ramadhan dan iedul fitri"
"Oke deh saya sampaikan"

"Maaf Pak, sepertinya kita belum bisa bantu, karena untuk kegiatan tersebut belum dianggarkan"
"Berapa aja deh pak, masak ga terketuk untuk kegiatan anak yatim"
"bla bla bla bla bla"
Kata-kata selanjutnya nyaris ga tercerna lagi, karena dada ini keburu sesak dengan dituduh sebagai manusia yang tak peduli dengan kesusahan orang lain. Ahh... kuatkan diri ini Tuhan...
Diri ini seolah tak berharga lagi di hadapan mereka, mungkin perasaan ini sama dengan terdakwa yang divonis salah, entahlah, aku cuma bisa menghela nafas panjang sembari bersenandung.




Comments

Popular posts from this blog

Tips Menghadapi Inspeksi atau Audit di atas Kapal

Revolusi Pagi

sabtu