Mau Peran Apa ?

Cara pandang kita terhadap kemiskinan akan menentukan sikap yang kita ambil terhadap kemiskinan. Kemiskinan dapat dilihat dengan konsep kondisi tidak memiliki sesuatu. Sebaliknya dapat pula dilihat sebagai kondisi tidak mampu memanfaatkan sesuatu yang dimiliki. Benarkah demikian??? Terserah kalo anda hanya melihatnya sebagai akal-akalan semantik saja. Trus apa??
Dengan cara pandang yang pertama, orang-orang yang merasa terpanggil untuk ikut memberantas kemiskinan akan memilih tindakan untuk menyediakan apa-apa yang tidak dimiliki si miskin. Si miskin di lihat sebagai objek yang patut dilengkapi dan dipenuhi kebutuhannya, tentu saja oleh yang merasa mampu memberi tadi.
Di sebelahnya, cara pandang yang kedua mengajak kita untuk melihat si miskin sebagai subjek. Si miskin adalah "Aktor Utama" yang memiliki sumber daya, sumber dana, sumber asa namun menghadapi "benteng" yang sulit ditembus. Dengan demikian intervensi yang dilakukan adalah mengupayakan si aktor untuk dapat melewati benteng dan menghabisi "lawan-lawan" yang menghambat peningkatan kesejahteraannya.
Sebagai "Aktor Pendukung", orang/pihak yang terlibat dalam upaya menguatkan aktor utama dapat memainkan beberapa peran:
- Sebagai Fasilitator
- Sebagai Makelar/broker
- Sebagai Mediator
- Sebagai Pembela
- Sebagai Pelindung

Sebagai fasilitator, aktor pendukung bermain untuk memungkinkan aktor utama memiliki kemampuan dalam menjalankan perannya. Sebagai "lakon" aktor utama perlu "kesaktian" untuk dapat mengalahkan lawan, maka sebagai fasilitator, dukungan berupa pertukaran/transfer pengetahuan, keterampilan dan ilmu lainnya dapat dilakukan. Dukungan lain seperti bantuan dalam penggalian alternatif solusi dll dapat dilakukan.
Sebagai makelar/broker, aktor pendukung berperan dalam mempertemukan kebutuhan aktor utama dengan penyedia kebutuhan tersebut.
Sebagai mediator, aktor pendukung bermain untuk menjadi penengah dalam situasi konflik yang mulai tak terkendali, peran ini diarahkan pada kondisi "win-win solution"
Sebagai pembela, aktor pendukung akan berpihak pada aktor utama dalam mengakses sumber-sumber yang seringkal secara politis tidak dapat dicapai oleh aktor utama.
Sebagai pelindung, aktor pendukung kerap kali harus berpayung pada hukum untuk melindungi kepentingan kelompok-kelompok yang terpinggirkan.

Jadi Lancelot bagi King Arthur, atau Hagrid bagi Harry Potter, atau Si Bujang bagi Jendral Naga Bonar, apapun peran yang dipilih adalah sangat tergantung pada orang/kelompok orang yang sedang jadi aktor utama dalam drama "pembangunan" kita. Saat kondisi tidak memungkinkan untuk merubah skenario, maka sebagai pemeran pendukung improvisasi mutlak diperlukan, apalagi jika sedang diatur oleh "sutradara" yang tak tahu jalan cerita.

(Diperas dari berbagai sumber)

Comments

Popular posts from this blog

Tips Menghadapi Inspeksi atau Audit di atas Kapal

Revolusi Pagi

sabtu